Senin, 19 Januari 2009

Gunung wayang lalu Pangalengan




Dari rumah kira-kira pkl 9.20.Honda Win pun ku tancap ke arah Tegalega di perempatan PT Inti saya belok kanan ke jalan Muhamad Toha, diperempatan tol Muhamad Toha dekat RS Kartika asih saya berhenti disebuah minimaret, kebetulan kepala tokonya teman saya di Mesjid, sekalipun ketemu tetap aja saya harus bayar sendiri ( huh…) satu botol air mineral 500 ml, satu Roti Pisang coklat dan coklat wafer,semuanya lima ribu rupiah.
Saya pun ngKick stater Honda Win kesayangan ku, kali ini saya melewati daerah pabrik. Dari banyak pabrik maka Pabrik Coklatlah yang paling khas dan mencolok karena dari kejauhan kita sudah bisa mencium aroma coklat dibakar, mmm enak…..
Di hari kerja biasanya sepanjang jalan ini selalu terjadi kemacetan, kebetulan hari ini hari ahad jadi jalan begitu lenggang,berikutnya saya masuk Dayeuh kolot. Dari buku-buku yang saya baca ; Dayeuh kolot adalah Pusat kota atau Ibu kota Bandung pada tahun 1641 dengan nama Krapyak.
Sebelum masuk pasar Dayeuh kolot kita akan melewati kesatuan TNI, ada tempat yang menarik untuk kita singgahi. Tempat itu adalah monument Muhamad Toha, dulu di sinilah terjadinya ledakan bom bunuh diri yang dilakukan oleh Muhamad Toha pada peristiwa Bandung Lautan Api, yang menghancurkan gudang persenjatan dan mesiu. Bukti ledakan itu masih ada hingga hari ini yang sekarang menjadi kubangan air sebesar setengah lapangan sepak bola. Untuk menghargai atas jasa dan pengorbanan para pahlawan maka dibuatlah monument dan patung setengah Badan Muhamad Toha.monument yang mencokok dengan warna merah menyala itu berupa Lilitan api yang menjulur ke udara, di tiap sisi terdapat para pejuang yang sedang berusaha” memanjat” ujung Api itu. Mungkin symbol itu adalah sebuah semangat merebut kemerdekan.
Jujur aja saya sebagai “penikmat” kemerdekan kita patut bersyukur karena berkat kegigihan merekalah kita bisa menikmatinya, terimakasih engkau pahlawan ku, saya yakin yang kau butuhkan bukanlah sikap berdiri sempurna lalu mengayunkan tangan kearah jidat. Tapi lebih dari itu……….
Setelah mengambil gambar monument itu dirasa cukup, sayapun meneruskan perjalanan, oh iya kalau mau masuk ketempat ini kita terlebih dahulu harus lapor ke penjaga karena tempat ini berada di komlek militer.
setelah meninggalkan tempat bersejarah itu kita melewati pasar, hingga akhirnya kita harus bersabar melewati kemacetan sekitar 200 meter, beres dari pasar kita akan melewati jembatan besar yang melintasi sungai Citarum. Udara yang adem melengkapi perjalanan ini, tangan kiri mengontrol kopling tangan kanan mengerem, kaki kiri memasukkan gigi dan kaki kanan mengerem, semuanya terkordinasi seolah motor dan saya menyatu antara mesin dan manusia. Heh…he…..
Nama jalan ini cukupmudah diingat yaitu Jalan Laswi nama Laswi sendiri dari kepanjangan dari Laskar Wanita, jalan ini cukup panjang tapi saying disebelah kanan jalan terdapat bukit-bukit yang borok karena terdapat penambangan pasir dan lainnya maka yang bisa kita lihat hanya tanah merah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar